LATEST UPDATES

Bulan Madu

Pengantin Baru

Rumah Tangga

Wednesday, September 19, 2012

Tips Mengelola Pertengkaran dalam Keluarga

Foto Istimewa - Ilustrasi.

SUATU ketika saya kaget tiba-tiba seorang wanita menggebrak meja dan berteriak di depan atasan saya. Di atas meja sudah tergeletak bayi yang menangis dan meraung keras. Muncul dalam benak, masalah apa yang sedang dialami bos saya dengan seorang wanita yang histeris di kantor.

Jangan salah terka, itu bukan masalah bos saya, bukan selingkuhan atau kekasih yang meminta pertanggungjawaban, tapi seorang istri dari anak buahnya yang marah dan kecewa karena semalaman sang suami tak pulang ke rumah. Pertengkaran yang luar biasa, lalu keluar secara beruntun di depan bos semua kejelekan dari sang suami, keluar dari mulut wanita tersebut.

Itu adalah kisah nyata namun identitas harus disembunyikan karena berkait dengan privasi, meski demikian ada hikmah dibaliknya. Pertengkaran seolah menjadi momok bagi tiap orang, bahkan yang sudah bersahabat sejak lama pasti pernah mengalami pertengkaran meski hanya sekali. Apalagi ketika membina keluarga dengan pasangannya. Setiap orang memiliki pribadi yang berbeda dan sama-sama disatukan dalam perkawinan, sebuah situasi baru dan semua harus diadaptasikan.

Mengantisipasi sebuah pertengkaran tentu sulit, apalagi membuat sebuah keluarga tanpa satupun pertengkaran, hal itu sangat mustahil. Emosi, kondisi, di dalam maupun di luar diri semuanya bisa menjadi pemicu pertengkaran. Lalu bagaimana mengatasi sebuah pertengkaran? Berdasar ilmu psikologi yang saya pelajari, sesuai dengan basic keilmuan saya menyelesaikan studi S1 psikologi, ada sebuah gambaran terkait solusi akan hal tersebut. Mengatasi pertengkaran adalah dengan mengelolanya.

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengelola pertengkaran, mulai dari mengatur emosi atau melampiaskan emosi dengan langkah yang tepat. Di Jepang bahkan ada tempat yang membantu tiap orang untuk melampiaskan kekesalan, banyak barang yang bisa dibanting, banyak benda yang bisa dipukul dan banyak ruang untuk berteriak-teriak tanpa mengganggu orang lain atau di sekitarnya.

Namun ada cara lain juga, melampiaskan emosi bisa dengan olahraga, bisa dengan bermain musik, bahkan tak sedikit orang yang bisa berkarya dengan bagus melalui puisi, pahatan maupun lukisan. Banyak seniman yang memanfaatkan emosi menjadi sebuah karya yang hebat. Tapi ada juga satu hal yang bisa dilakukan seperti menuliskannya di buku harian, semua uneg-uneg atau pemicu pertengkaran. Kisah berikut merupakan kisah inspiratif.
Saya mendapat kisah ini dari broadcast pesan melalui BlackBerry Messenger paman saya, setelah saya cek di internet ternyata banyak blog yang sudah memuat kisah ini. Sebuah blog menuliskan sumber dari kisah inspiratif ini dari Milis The Managers, saya mencoba menelusuri milis tersebut namun belum menemukannya. Menelusuri asal kisah bertujuan untuk menghargai penulis kisah ini dengan mencantumkan sebagai karyanya, semoga berikut ada yang bisa memberitahu penulis kisah ini. Terlepas dari siapa yang berkisih masri kita simak kisahnya dan serap hikmahnya. Sangat bermanfaat, percaya.
Berikut kisahnya :

BUKU HARIAN AYAH

Ayah & ibu sudah menikah 30 tahun & Michael tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu mjadi teladan baginya. Setelah menikah, dia & istrinya sering bertengkar karena hal2 kecil.

Ketika pulang ke rumah ayahnya, Michael menuturkan keluhannya pd ayahnya. Ayahnya mdengarkan kmdn masuk ke kamarnya, & keluar dg mengusung buku2 & ditumpuknya di depan Michael.

Sebagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama. Dg penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring & aneh, ada yg jelas, ada yg semrawut, bahkan ada yg tulisannya sp mnembusi bbrp halaman.

Michael mbaca halaman2 buku itu. Smuanya merupakan catatan hal2 sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol u/ku. Anak2 berisik, untung ada dia.”

Semua itu catatan kebaikan & cinta ibu kpd ayah, cinta ibu kpd anak2 & keluarga. Matanya blinang air mata. Michael mengangkat kepala, dg haru dia berkata pd ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pd ayah & ibu.”

Ayahnya bkata, “Tidak perlu kagum, kamu jg bisa.”

Ayah bkata lg, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun, tdk mgkn mhindari ptengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara2, mlampiaskan kemarahannya & ngomel. Dalam buku aku tuliskan yg telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya. Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap yg tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?”

Ayah tertawa & bkata, “Ibumu jg memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakan. Ha…ha…ha…”

Tiba-tiba Michael sadar akan rahasia pernikahan, "Mencintai itu sangat sederhana. Ingat dan catat kebaikan pasangan. Maafkan segala kesalahannya dan kuburlah dalam dalam ."

Post a Comment

 
Copyright © 2012-2014 The Wedding